Senin, 01 Februari 2016

Inilah Kata-kata Seorang Ayah yang Sangat Mengharukan, Nyesel Kalau Tidak Baca


Pas jam 7 pagi, orangtua murid mulai masuk kedalam ruang kelas di sekolah. Sebagian orang tua tampak penuh sopan santun, ada pula orangtua yang nampaknya sombong, ada pula yang tampak begitu waspada. Ketika guru mulai tutup pintu serta mulai bicara, pintu yang barusan ditutup terbuka kembali perlahan, seseorang pria paruh baya, tubuhnya kotor penuh dengan debu nampak di balik pintu. Dengan muka yang tersenyum dia mohon maaf lantaran datang terlambat. 

Kemunculannya menarik perhatian orangtua murid yang lain. Dia kenakan pakaian kerja yang telah luntur dan penuh bercak cat. Celananya pekat dengan debu, dia menggunakan sepatu boot yang penuh dengan lumpur. Dia terlihat seperti baru pulang dari kerja bangunan. 

Guru itu berkata : " Permisi, Ayah siapa? " Pria paruh baya itu berkata : " Saya ayahnya Aminudin " Guru itu tampak kaget, namun selekasnya memohon pria itu di tandatangani buku hadirnya. Bapak dari Aminudin dengan muka yang tertunduk berkata : " Maaf, Pak Guru, saya tidak bisa membaca serta menulis... " Beberapa orangtua murid yang lain terdengar ada yang mulai menertawakan, sang guru itu juga berkata : " Tidak apa-apa, saya yang bakal menolong Ayah sinyal tangan. " 

Lalu guru itu mulai menuturkan, maksud diadakannya rapat orangtua murid yaitu agar tiap-tiap orangtua bisa sama-sama sharing pengalaman mengenai bagaimana caranya mendidik anak dan kesannya selama mendidik anak. Ada 2-3 orangtua murid membagikan pengalaman mereka dalam mendidik anak-anak mereka, yaitu bagaimanakah mereka mendidik anak mereka dengan ketat, agar mereka ingin menulis pr mereka, menolong anak-anak mereka mencarikan guru les penambahan, dan lain-lain. 

Ketika guru itu memohon bapak dari Aminudin untuk bicara, ia mengenalkan, " Aminudin yaitu seseorang murid teladan dengan nilai terbagus di kelas. Pelajaran matematika senantiasa mendapatkan nilai paling baik, ia tidak pernah terlambat, senantiasa berlaku baik pada beberapa rekannya. Mari keduanya sama kita dengarkan bagaimanakah bapak dari Aminudin mendidik anaknya. " 

Banyak orangtua murid yang lain terlihat kaget. Ayah yang tidak terpelajar tetapi memiliki anak yang hebat. Bapak Aminudin dengan agak sedikit canggung mulai jalan ke depan. Ia sedikit tertunduk, tidak demikian berani memandang mata beberapa orangtua murid yang lain. Ini perkataannya : 

Saya cuma sukai lihat anak saya kerjakan PR nya. Setiap saat sepulang kerja, tidak perduli seberapa capeknya saya, saya pastinya akan duduk di samping dia untuk melihatnya kerjakan PR yang ada. Satu hari, anak saya ajukan pertanyaan pada saya, " Bapak, sehari-hari lihat saya kerjakan PR, apa Bapak tahu apa yang saya lakukan? " Saya berkata " Bapak tidak tahu. " Lalu anak saya ajukan pertanyaan : " Bapak, bila Bapak tidak tahu bagaimanakah Bapak tahu saya mengerjakannya dengan benar atau tidak? " 

Saya berkata : " Bila anda mengerjakannya dengan cepat, jadi Bapak tahu kalau masalah ini begitu gampang ; bila anda menyalakan kipas angin, mengambil minum, jadi Bapak tahu kalau masalah itu sulit. " 

Saya seseorang buruh bangunan. Satu kali saya mengangkat muka saya serta lihat bangunan tinggi yang saya bangun, saya ajukan pertanyaan pada anak saya, apakah anda ingin tinggal dirumah yang tinggi, yang besar, tempat tinggal yang indah? Mengendarai mobil bagus? Anak saya menganggukkan kepalanya. Saya berkata : " Oleh karenanya anda mesti belajar dengan baik. " 

Saya tidak sekolah, tidak bisa membaca serta menulis, saya tidak paham bagaimanakah beberapa cara hebat mendidik anak. Saya cuma sukai terlibat percakapan dengan anak saya. Anak saya suka jongkok di samping saya ketika saya bekerja. Saya tidak memberi duit jajan pada anak, ia tidak bermain internet, juga tidak berbelanja beberapa macam. Dia sering dirumah menolong saya membersihkan baju. 

Sesudah usai bicara, dia membungkuk untuk memberi hormat pada sang guru! Orangtua murid yang lain terpaku tidak bergeming, hati mereka begitu tersentuh oleh perkataannya. Bapak ini walau tidak memiliki pendidikan yang tinggi serta tidak dalam kondisi ekonomi yang cukup, namun ia begitu hormat pada guru. Dia juga suka temani anaknya. Ini yaitu langkahnya bagaimanakah dia sukses dalam mendidik anak!

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More