Apa pendapat para Pakar?
Teori pemilihan jenis kelamin anak membuat beberapa pasangan cenderung melakukan hubungan seks berdasarkan kromosom anak laki-laki yang membawa sperma bergerak lebih cepat namun tidak dapat bertahan lama seperti kromosom anak perempuan meskipun belum ada sebuah penelitian yang mendukung pernyataan ini.
Sebuah studi tahun 1995 yang diterbitkan New England Journal of Medicine menuturkan tentang hubungan seks dan ovulasi. “Kita tidak menemukan hubungan antara waktu berhubungan seks dengan jenis kelamin bayi,” ujar Dr. Clarice Weinberg dari National Institute of Environmental Health Sciences. Para peneliti menyimpulkan bahwa usia subur terjadi sekitar tujuh hari diawal atau setelah ovulasi.
Apakah ada perubahan terkini?
Sebuah studi yang diterbitkan September 1998 tantang masalah Reproduksi manusia menyatakan yang pernah digunakan pada media hewan mungkin bermanfaat pada para orang tua yang menginginkan bayi perempuan.
Para peneliti dari Genetics & IVF Institute di Fairfax, VA, menyatakan bahwa mereka dapat membantu para orang tua untuk menentukan jenis buah hati mereka melalui flow cytometry, sebuah prosedur dimana DNA ditambahi dengan fluorescent yang mati dan telah dipisahkan.
Teknologi yang menekankan pada kenyataan bahwa sperma kromosom Y (yang memproduksi jenis kelamin laki-laki) mempunyai kekurangan sekitar 2,8% dalam materi genetik dibanding kromosom X (yang memproduksi jenis kelamin wanita). Para peneliti yang menggunakan DNA sebagai detektor untuk menentukan sperma yang akan diinseminasikan secara buatan pada wanita.
Sejauh ini mereka beruntung dapat memproduksi jenis kelamin wanita – sekitar 85% dari sel-sel ini merupakan contoh pada kromosom X dan sekitar 65% sel adalah kromosom Y untuk jenis kelamin laki-laki. Dari 14 kasus kehamilan yang menginginkan bayi perempuan, 13 dari kasus kehamilan tersebut memiliki bayi perempuan, bahkan beberapa pakar menyatakan metode tersebut memang menjanjikan. “Tak ada yang berhasil sampai sekarang,” ujar Dr. Alan DeCherney, kepala Obstetrics and Gynecology di University of California, Los Angeles serta editor Journal Fertility and Sterility, pada New York Times.
“Hal itu sangat tidak aman," ujar Dr. Veronica Ravnikar, direktur Reproductive Endocrinology & Infertility, University Massachusetts Medical Center di Worcester, MA.
Pada intinya dia mengatakan bahwa metode seleksi jenis kelamin dapat menimbulkan masalah karena berharap pada sesuatu yang salah.
Apakah ada metode seleksi jenis kelamin lainnya?
Ingatlah tak ada satupun metode pemilihan jenis kelamin bayi yang popular terjamin hasilnya bahkan beberapa teknik tersebut berlawanan satu dengan yang lainnya.
“Anda bisa menemukan sebuah studi untuk mendukung teori-teori tersebut, “ujar Dr. Weinberg dari National Institute of Environmental Health Sciences.
Untuk mengikuti metode- metode ini Anda harus lebih sensitif saat mengalami ovulasi, atau anda dapat membeli alat perkiraan namun banyak orang yang hanya menggunakan temperatur dasar atau basal body temperature (BBT) selain memonitor cervical muscus mereka.
Pakar reproduksi yakin bahwa hari sebelum wanita mendapat ovulasi, temperatur dasar tubuhnya atau BBT akan jatuh dan kemudian naik dua hari setelah ovulasi. Selama ovulasi cervical muscus wanita menyerupai jalinan putih telur – licin, jernih dan basah.
Cobalah untuk mengkombinasikan dua hal tersebut dan Anda akan mendapatkan cara yang akurat untuk mengetahui ovulasi Anda, saat Anda mulai mengetahui kapan telur mulai keluar Anda dapat mengatur kapan Anda mulai behubungan seks untuk mendapatkan kehamilan.
Jika Anda ingin mengikuti metode berikut Anda harus mencatat setiap perubahan selama beberapa bulan saat sebelum Anda mencoba untuk mengusahakan kehamilan.
Setelah mengalami siklus Anda akan lebih mengetahui tubuh Anda sendiri dan memudahkan menerpakan metode mana yang akan Anda pilih.
Metode Shettles
Dr. Landrum Shettles dan David Rorvik yang menulis How to Choose the Sex of Your Baby menyatakan bahwa metode Shettles memiliki keefektifan sebesar 75%. Karena kromosom Y (laki-laki) bergerak lebih cepat dibanding kromosom X (perempuan), Shettles mengatakan bahwa metode ini tepat jika Anda menginginkan anak lelaki.
Namun jika Anda mencoba mengusahakan kehamilan dua hari atau tiga hari sebelum ovulasi maka Anda akan mendapat anak perempuan.
Menurut Dr. Ravnikar, metode Shettles atau metode yang serupa lainnya, metode ini tepat sekali bagi pasangan yang ingin mendapatkan bayi laki-laki yang mendekati masa ovulasi sejak kromosom Y yang dibawa sperma lebih lemah dan daripada yang dibawa kromosom X, meskipun terkadang metode tersebut belum tentu menjanjikan apakah kita akan mendapat bayi perempuan atau laki-laki.
Metode Whelan
Dalam bukunya 'Boy or Girl?', Elizabeth Whelan, Sc.D., menyangkal metode Shettles dan menyarankan kebalikan metode tersebut. Karena perubahan biokimia yang cenderung lebih menyukai produksi sperma lebih awal pada siklus wanita. Whelan menyatakan jika Anda ingin bayi laki-laki cobalah berhubungan seks sebelum BBT Anda naik, namun jika Anda ingin bayi perempuan agar menahan diri untuk tidak berhubungan seks sampai dua atau tiga hari sebelum ovulasi.
Whelan menaksirkan bahwa untuk mendapat bayi lelaki kemungkinan keberhasilan sekitar 68% sementara untuk bayi perempuan sekitar 56%.
Metode Ericsson dan Centrifugation
Metode hasil temuan Dr. Ronald Ericsson ini terbukti yang paling banyak digunakan di klinik-klinik kesuburan dan banyak mendapat kesuksesan. Metode Ericsson berusaha memisahkan kromosom pria dan perempuan dengan menyaring sperma ke dalam sebuah larutan protein yang mudah larut yang disebut albumin.
Prosedur lainnya yaitu dengan memisahkan sperma melalui proses centrifuge, karena kromosom Y membawa sperma sifatnya lebih ringan akan naik keatas sedangkan kromosom X yang dibawa sperma cenderung lebih berat sehingga akan tenggelam ke bawah.
Dokter yang menangani inseminasi buatan ini akan memisahkan sperma menurut jenis kelamin yang Anda kehendaki.
0 komentar:
Posting Komentar