Jumat, 09 Mei 2008

Waspada Obat Encok dan Anti Nyeri !

Nyeri itu sebuah gejala, dan bukan penyakit. Sensasi nyeri sesungguhnya merupakan isyarat yang sengaja diciptakan dalam tubuh agar kita sadar ada sesuatu yang tidak beres dengan suatu bagian tubuh kita. Bagian itu bisa di mana saja. Seringnya pada otot dan sendi, selain gigi dan kepala.

Nyeri yang kita rasakan bisa cuma sekadar gangguan fungsi, yang muncul sementara, dan dengan atau tanpa diobati, umumnya akan pulih sendiri. Untuk jenis nyeri begini, tak arif kalau kita langsung minum obat.

Obat baru perlu diminum jika tanpa obat kegiatan keseharian kita terganggu. Selama bisa tanpa obat, sebaiknya tak perlu gampang minum obat. Obat antinyeri, seberapa enteng pun, punya efek samping pada ginjal selain hati. Keseringan minum obat golongan ini mengancam kerusakan ginjal dan hati.

Nyeri juga bisa muncul sebab ada kerusakan pada suatu bagian tubuh. Ini jenis nyeri yang berlangsung terus-menerus, nyaris tanpa putus, dan belum pulih kalau penyebabnya belum dikoreksi. Kerusakan sendi, otot putus, tulang retak, gigi busuk, atau awal stroke, termasuk di dalamnya.

Minum obat terus, dan begitu obat distop nyeri muncul lagi, harus menjadi pertanda bahwa keluhan nyeri tidak boleh dipelihara. Ada yang lebih serius sedang terjadi pada bagian tubuh kita.


Tidak Juga Jamu

Banyak orang mengira dengan memilih minum jamu, dan bukan obat dokter, merasa lebih aman. Anggapan ini tidak selalu tepat. Kita tahu ada jamu nakal yang selain berisi bahan alam, dicampur pula dengan obat dokter (antalgin, paracetamol, obat encok). Itu berarti yang minum jamu nakal antinyeri tanpa sadar memikul efek samping yang sama dengan mereka yang minum obat antinyeri warung.

Bahan-bahan berkhasiat alami setahu saya tidak ada yang setokcer obat dokter dalam meredam rasa nyeri. Lebih-lebih untuk nyeri sebab encok. Karena itu, kalau ada jamu yang mengaku bisa melawan keluhan nyeri encok, perlu disangsikan apa murni hanya berisi bahan alam dan tidak dicampur dengan obat encok dari dokter.

Apalagi kalau nyerinya berasal dari kepala. Awal stroke, tumor otak, gangguan ketajaman visus mata, kelainan pembuluh darah otak, sama-sama memunculkan keluhan nyeri kepala pada awalnya. Nyeri kepala yang awet, dan nyerinya seperti itu-itu saja, jangan dianggap remeh.

Mestinya itu dipandang sebagai isyarat agar stroke tidak telanjur terjadi, atau tumor otak tidak telanjur sudah tak bisa dioperasi lagi, atau kelainan pembuluh darah otak (anomali) tidak keburu pecah, sehingga terjadi perdarahan otak.

Hanya minum obat nyeri kepala yang disebabkan oleh penyakit berat di belakangnya, cuma menutupi bahaya bakal meledaknya bom waktu si penyakit berat itu. Itu maka nyeri kepala yang berlarut-larut, apalagi progresif, semakin hari semakin bertambah berat, harus disikapi sebagai sesuatu yang serius, bukan dengan meredamnya hanya dengan minum obat warung atau mengobatinya sendiri. Kasus tumor otak sering terlambat ditangani akibat kebiasaan salah merasa enak dengan minum obat warung saja.


Tak Selalu Asam Urat

Seringnya orang menghubung-hubungkan nyeri sendi dengan asam urat bukan kejadian jarang. Sejatinya, nyeri asam urat bukan di sendi-sendi besar, seperti di dengkul, melainkan di sendi-sendi yang lebih kecil.

Tanpa memeriksa kadar asam urat darah, tidak mungkin kita mendiagnosis seseorang mengidap asam urat. Keliru bila setiap kali muncul keluhan nyeri sendi, serta-merta berpikir perlu minum jamu asam urat misalnya, atau membeli obat antinyeri sendiri di warung. Selain tidak tepat, kita cuma meniadakan keluhan semata, namun tidak mengatasi penyebabnya. Mestinya dengan cara menurunkan asam urat dalam darahnya.

Nyeri sendi dengkul sering lantaran usia tua. Mereka yang waktu muda dengkulnya sering terbentur, terantuk, atau menumpu sewaktu terjatuh, mudah mengalami encok lutut setelah berusia lanjut. Bekas pemain sepakbola, atlet, sering encok lutut. Kelak setelah usia lanjut encoknya muncul. Maka encok sendi lutut lazim terjadi pada usia lanjut.

Encok sendi lutut atau osteoartritis sukar disembuhkan. Sebab, akibat sudah terjadi luka lecet pada permukaan sendi yang lembut, sementara cairan sendinya sendiri sudah semakin berkurang dengan bertambahnya usia, dengan banyak gesekan antar permukaan sendi, sendi meradang. Obat encok di sini cuma meredakan keluhan nyerinya saja, tanpa memperbaiki kerusakan permukaan sendi yang bergesekan.

Kalaupun sampai terbentuk pengapuran sendi, di sendi lutut misalnya, itu biasanya akibat lecet sendi sebelumnya yang membentuk penumpukan tulang berlebihan, sehingga pada permukaan sendi yang lecet itu terbentuk tonjolan tulang. Bagian ini biasanya perlu dibuang lewat pembedahan sendi lutut, kalau tidak mau terus-menerus terganggu oleh nyeri sendi. Kasus begini sia-sia kalau cuma diberi obat antinyeri encok.

Yang sama kerap terjadi di ruas tulang leher. Akibat kebiasaan salah menggunakan tulang leher, seperti menekuk-nekukkan kepala seperti yang biasa dilakukan oleh tukang cukur, sehingga terjadi benturan atau pergesekan antar ruas tulang leher yang bisa bikin lecet permukaan sendi, tumbuh penulangan baru yang kita sebut pengapuran.

Namun, tidak semua keluhan nyeri atau rasa tidak enak di leher, tentu pengapuran penyebabnya. Baru setelah dibuat foto ruas tulang leher, kita bisa mendiagnosis ada pengapuran di sana. Jepitan saraf leher, darah tinggi, stres lantaran tegang (tension) bisa juga bikin leher terasa penat dan kencang.

Lain penyebab, lain pula obatnya. Kasus pengapuran sendi hanya bisa disembuhkan dengan koreksi operasi, dan tak cukup minum obat seperti kalau cuma pada kasus jepitan saraf atau jiwa yang tegang saja.

Nyeri encok sebab asam urat tinggi (jika kadarnya dalam darah lebih dari 7,0) tak perlu minum obat encok. Ada obat khusus buat nyeri encok urat yang berbeda dengan obat encok biasa.

Kasus asam urat baru akan tuntas diatasi kalau kadar asam uratnya diturunkan, sementara obat antinyerinya hanya membantu mengurangi keluhan nyeri urat yang memang dahsyat. Seringnya pada sendi jempol kaki, tumit, dan tangan.

Nyeri encok juga bisa muncul pada kasus encok sebab penyakit darah rheumatoid arthritis. Selama kelainan darahnya tidak diredam dengan obat khusus, percuma minum obat encok pereda nyeri belaka.

Sendi akan terus membengkak, merah meradang, dan bila dibiarkan akan menimbulkan kerusakan sendi yang menetap, yang akhirnya membentuk kecacatan sendi. Tulang-tulang yang bengkok dan kaku, ujung penyakit ini.


Jangan Lupa Osteoporosis

Orang Indonesia lebih gampang kena osteoporosis dibanding orang Barat, mengingat konsumsi susu yang tidak berlanjut setelah usia balita.

Perlu waspada jika muncul keluhan nyeri yang tak gampang menghilang, khususnya pada kaum ibu.

Osteoporosis umumnya berawal muncul di ruas tulang belakang. Ruas tulang belakang semakin menipis dan akhirnya terjadi kompresi akibat beban memikul tubuh, lalu mendesak serabut saraf di sekitarnya.

Kasus osteoporosis yang berakibat kelumpuhan kerap berasal dari kondisi hancurnya keroposan ruas tulang belakang semacam ini (compressive fracture).

Rasa pegal di pinggang yang berlarut-larut dan tidak berpindah, tapi semakin progresif, harus dilihat sebagai awal proses bakal rusaknya ruas tulang belakang yang mengeropos. Untuk itu perlu foto ruas tulang belakang agar dapat memastikannya. Sementara untuk tahu kalau tulang-belulang tubuh sudah keropos dapat dilakukan pemeriksaan densitometry, cara pengukuran massa tulang sudahkah mulai menipis.

Kasus nyeri akibat osteoporosis yang sudah lanjut, hanya membuang-buang waktu saja jika diatasi dengan cuma minum obat antinyeri belaka tanpa melacak penyebabnya. Selain berakibat terlambat ditangani, bahaya kelumpuhan atau kecacatan yang mungkin ditimbulkannya, bagian yang paling ditakuti, dan perlu diwaspadai.


Semakin Tokcer, Semakin Perlu Diwaspadai

Belakangan ini semakin banyak jamu, obat tradisional, dan bahan berkhasiat di Jepang, Korea, dan Cina sendiri yang ditarik dari pasaran sebab baru kemudian terbukti berbahaya (ephedera, salah satunya).

Padahal, kita kerap mendengar bahwa begitu banyak obat tradisional mancanegara yang mengaku bisa menyembuhkan aneka ragam penyakit, tanpa jelas apa isinya.

Sebetulnya kita punya cara sederhana untuk menalar sebelum mempercayai suatu bahan berkhasiat. Pertama, bahwa tidak ada bahan berkhasiat yang berkategori �obat dewa� atau obat yang bisa menyembuhkan segala macam penyakit. Semakin sesuatu obat atau bahan berkhasiat mengklaim dirinya bisa menyembuhkan lebih dari satu penyakit, semakin harus membuat kita ragu dan sangsi.

Kedua, semakin tokcer suatu obat, jamu, atau bahan berkhasiat, semakin harus disangsikan apa tidak kelewat keras racun yang dikandungnya. Kita tahu bahwa semua bahan berkhasiat dari alam, selain sudah teruji zat berkhasiatnya, harus teruji pula efek samping dan toksisitasnya (kandungan zat beracun) yang terikut di dalamnya. Hanya jamu, obat tradisional, dan bahan berkhasiat yang sudah teruji toksisitasnya yang laik dikonsumsi.

Namun, belum semua jamu dan obat tradisional di pasaran sudah diuji toksisitasnya. Dengan demikian, kendati betul memberi khasiat dan bisa menyembuhkan, belum tentu selalu aman. Sisi ini yang sampai sekarang masih merupakan kelemahan kebanyakan obat tradisional maupun jamu di Indonesia.

Sementara teknologi dan ongkos untuk menyaripatikan suatu bahan berkhasiat hanya mengambil zat berkhasiatnya saja dan menyingkirkan semua zat beracun di dalamnya masih sama tinggi dengan biaya menemukan obat baru. Sisi ini masih menjadi kendala, sehingga mengapa semua zat dalam bahan berkhasiat obat tradisonal masih kita telan semua, bukan cuma zat berkhasiatnya saja. Hanya beberapa perusahaan jamu yang sudah melakukan uji toksisitas, kendati belum menyaripatikan zat berkhasiat, dikategorikan aman untuk dikonsumsi.

Jamu atau obat tradisional encok paling banyak yang dicampur dengan obat atau bahan berbahaya. Obat golongan corticosteroid (obat dewa dokter) yang bikin badan bugar, secara diam-diam banyak dicampur untuk obat encok yang bersembunyi di balik kedok obat tradisional.

Beberapa golongan obat encok dokter sendiri beberapa sudah tidak boleh dikonsumsi lagi karena alasan efek samping yang jelek.

Keseringan dan kebanyakan minum obat golongan corticosteroid bikin tulang jadi keropos, selain mengganggu keseimbangan hormon steroid tubuh, kulit kasar, berbulu, dan muka jadi tembam (moon face) atau �gemuk air�. Bukan jarang sebagaimana lazim semua obat encok dan obat pereda nyeri, corticosteroid juga melukai lambung. Lambung mereka yang sudah lanjut usia lebih rentan terluka oleh jenis-jenis obat begini.

Mual, nyeri uluhati, atau muntah seperti air kopi, tanda terlukanya lambung mereka yang rutin mengonsumsi obat encok, jamu, obat tradisional yang mengandung obat, dan atau dicampur dengan corticosteroid. Termasuk perlu berhati-hati menenggak puyer sakit kepala. Betul langsung cespleng nyeri kepala atau sakit giginya, tapi lambung mungkin menjerit, terluka, dan berdarah. Bukan jarang harus masuk rumah sakit.

Oleh karena gejala nyeri paling sering dikeluhkan orang, maka obat, jamu, obat tradisional, paling banyak dicari orang. Dengan demikian, paling banyak pula diproduksi.

Kita tahu obat antinyeri ada beberapa golongan, berbeda-beda cara kerja maupun efek sampingnya, dan tersedia berpuluh-puluh merek untuk obat yang sama. Selain berbeda tingkat kekuatannya, ada pula sifat gabungan kerja dengan efek antidemam. Itu sebab obat tersebut digolongkan sebagai analgetic-antipyretic (antinyeri-antidemam).

Di luar obat encok, ada golongan yang lebih kuat pereda nyerinya, ada golongan yang lebih menonjol antidemamnya, selain ada pula golongan yang mampu lebih fokus meredam keluhan nyeri semata. Namun, sungguh tak mampu kalau nyerinya nyeri hati lantaran sudah kapok jadi rakyat terus.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More