Minggu, 31 Januari 2016

TAHUKAH KAMU, MENGAPA BAYI PENGEMIS SELALU TERTIDUR?


Lihat muka bayi yang tidak berdosa tetapi mesti telah rasakan kerasnya kehidupan jalanan bikin banyak hati terasa iba serta mau memberi sedikit rejeki mereka untuk sharing pada bayi pengemis itu. 

Tetapi, ada suatu kenyataan mengagetkan dari kehidupan yang dihadapi oleh bayi beberapa pengemis itu. Mereka senantiasa terlihat tertidur selama seharian tanpa ada menangis, rewel, maupun terasa jemu. 

Walau sebenarnya hal semacam itu lumrah dirasa oleh anak-anak di umur mereka yang masihlah kecil. Dibalik itu semuanya nyatanya menaruh suatu kenyataan mengerikan. Hal semacam itu dikisahkan oleh seorang yang coba menelusuri penyebabnya dari bayi pengemis yang senantiasa tertidur nyenyak. 

Dekat stasiun di suatu kota besar duduk seseorang wanita dengan umur yang tidak di ketahui. Rambutnya kotor, kepalanya tertunduk dalam rasa sedih. 
Wanita itu duduk di lantai kotor serta di sebelahnya terdapat suatu tas. Dalam tas itu orang melempar duit. Di tangan wanita, tidur seseorang bayi berumur dua th.. Bayi itu kenakan pakaian kotor. 

Saya jalan melalui seseorang pengemis sepanjang sebulan. Tidak memberi duit, lantaran saya ketahui kalau ini yaitu geng yang dioperasikan serta duit yang dihimpun oleh pengemis. 

Satu bulan lalu, saya jalan melalui pengemis, saat itu juga saya terasa terperanjat. 
Saya mengerti kalau itu terlihat aneh, temukan seseorang anak kecil di suatu stasiun kotor dari pagi sampai sore. 

Bayinya tidur. Tidak pernah menangis atau menjerit, senantiasa tertidur, mengubur berwajah di lutut seseorang wanita yang dimaksud ibunya. 
“Kenapa dia tidur selama saat? ” Saya ajukan pertanyaan (pada pengemis), memandang bayi. 

Pengemis pura-pura tidak dengarkan. 
Dia menunduk serta sembunyikan berwajah di kerah jaket lusuh nya. Saya mengulangi pertanyaan itu. Wanita itu mendongak, melhat saya, seolah kesal 
dengan pertanyaan saya. 

Di belakangku seorang menyimpan tangannya di bahuku. Saya melihat ke belakang. Seseorang pria tua itu menatapku tidak sepakat : “Apa yang Anda kehendaki darinya? anda tidak lihat seberapa keras kehidupannya?. ” Dia mengambil sebagian koin dari sakunya serta melemparkannya ke kantong pengemis itu. 

Pengemis itu tunjukkan raut muka berterima kasih serta rasa sedih biasanya. Orang itu melepas tangannya dari bahuku serta jalan keluar dari stasiun. 

Hari selanjutnya saya menelepon teman. Dari teman saya, saya sukses temukan kalau pengemis itu yaitu usaha, walau tampak spontanitas, terang terorganisir serta dipantau oleh lingkaran organisasi kejahatan. 

Anak-anak yang dipakai yaitu anak hasil “menyewa” dari keluarga peca*ndu alk*oh*ol, atau hasil penculikan. 

Saya memerlukan jawaban atas pertanyaan ‘mengapa bayi pengemis senantiasa tidur? ’ Serta saya memperolehnya. Teman saya menyampaikan pada saya dengan nada tenang, “Mereka diberikan he*ro*in, atau vod*ka” 

Saya tercengang. “Siapa yang didapatkan he*ro*in atau vod*ka?! ” 
Dia menjawab, ” Anak itu, hingga ia tak berteriak. Wanita itu akan duduk selama seharian dengan dia, pikirkan bagaimanakah anak itu mungkin saja jemu? ” 

Dalam rencana untuk bikin bayi tidur selama seharian, ia dice*kokin dengan vod*ka atau obat-obatan. Sudah pasti, badan anak-anak tidak dapat menangani beberapa bahan keras itu. 
Serta anak-anak seringkali tewas. Hal yang paling mengerikan, terkadang anak-anak wafat sepanjang “hari kerja”. Seseorang “ibu” harus memegang mayat anak kecil di tangannya hingga malam. 

Hari selanjutnya saya tengah jalan di dekat stasiun yang sama. Saya membawa jati diri jurnalistik, serta telah siap untuk perbincangan serius. Sayangnya, perbincangan gagal. 

Tetapi, berlangsung hal semacam ini : 
Seseorang wanita tengah duduk di lantai serta di tangannya ada seseorang anak kecil. Saya ajukan pertanyaan pertanyaan mengenai akte kelahiran anak, serta yang paling utama, dimana anak kecil tempo hari yang ia abaikan. 

Tingkah laku saya diprotes oleh orang yang melalui. Saya diberitahu kalau saya telah hilang ingatan lantaran berteriak pada pengemis miskin dengan seseorang anak. Selanjutnya, saya dikawal keluar dari stasiun dalam kehinaan. Satu hal yang tersisa yaitu untuk memanggil polisi. Saat polisi tiba, pengemis dengan bayi menghilang. 

Karena kamu membaca artikel ini, jadi kamu paham.kamu mengerti saat ini kenapa anak itu tidur di tangan pengemis. 
Silahkan bagikan artikel ini. Serta saat anda mengambil keputusan lagi untuk menyumbang ke pengemis, ingat kalau amal yang anda kerjakan mungkin saja kematian untuk anak kecil yang lain. 

Walau tidak semuanya pengemis seperti itu serta memanglah ada orang yang mengemis lantaran keterpaksaan. 
Jadi, baiknya tambah baik bersedekah pada orang serta tempat yang tepat. Seperti bersedekah di kotak amal masjid, panti bimbingan, atau tetangga paling dekat kita yang memerlukan pertolongan. Itu semakin lebih berguna.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More